Beberapa hari lalu, mungkin bertepatan dengan hari bumi yang diperingati secara internasional pada tanggal 22 April, saya melihat tayangan Oprah di MetroTv.
Ada satu tayangan yang membuat saya ngeri setengah mati. Tayangan itu tak lebih juga sama seperti hal yang ada di postingan saya sebelumnya. Tentang dolphin holocaust. Selain di Denmark, ternyata budaya dan tradisi ini juga berkembang di Jepang.
Taiji adalah sebuah desa nelayan di Jepang menjadi terkenal dan menjadi sorotan dunia internasional, pasalnya desa Taiji selalu mengadakan perburuan lumba-lumba tahunan, 25.000 lumba-lumba tewas di perairan pantai antara bulan September dan April. Pembunuhan lumba-lumba sering disaksikan (dan kadang-kadang dibantu) oleh perwakilan dolphinariums Jepang. termasuk pelatih dan dokter hewan, seekor lumba-lumba dihargai lebih dari $ 150.000. Pemandangan yg mengerikan lumba-lumba disembelih di desa nelayan Taiji, sedikitnya 100 ekor lumba-lumba dan 50 paus pilot dibantai dalam perburuan musim pertama, yang dimulai pada awal September.
Perburuan tahunan lumba-lumba dan paus masih terus berlanjut dilakukan oleh nelayan Taiji walaupun mendapat kecaman internasional. Bahkan lumba-lumba dijadikan sebagai menu favorit disana, sehingga PEMBANTAIAN LUMBA - LUMBA MERUPAKAN SUATU HAL YANG LUMRAH bahkan pemerintah setempat sempat memberikan sosialisasi menu lumba-lumba dengan memberikan makan siang gratis terhadap anak sekolah dasar.
Di beberapa wilayah perairan Jepang, perburuan lumba-lumba masih menjadi kegiatan utama bagi masyarakat yang hidup secara tradisional. Hal ini disampaikan pula oleh Ketua Parlemen kota Taiji, Prefektur Wakayama Mihara Katsutoshi. "Perburuan lumba-lumba di Taiji sudah menjadi tradisi," ujar Mihara. "Masyarakat Taiji tetap mempertahankan hal ini, sebagai wujud rasa syukur atas karunia alam yang melimpah."
Kota Taiji menjadi terkenal di mata dunia, setelah film "The Cove" buatan AS ditayangkan dan memenangkan penghargaan Oscar tahun 2009. Sedangkan di Jepang sendiri, Taiji dikenal sebagai tempat penangkapan ikan tradisional, bahkan terdapat 13 perahu penangkap lumba-lumba, dengan total lebih dari 20 awak kapal didalamnya.
Lumba-lumba yang ditangkap para nelayan ini termasuk lumba-lumba hidung botol dan jenis lumba-lumba pilot yang dilindungi Komisi Internasional Perburuan Lumba-Lumba, namun atas izin dari Gubernur Wakayama, perburuan tetap dilakukan dengan kuota dan waktu yang dibatasi.
Selain Taiji, perburuan lumba-lumba juga terjadi di daerah pantai Wada kota Minamiboso, Prefektur Chiba, bahkan terdapat ungkapan yang menyatakan musim panas merupakan musim memanggang lumba-lumba. Menurut masyarakat setempat, penangkapan lumba-lumba ini telah dimulai sejak jaman Edo.
"Lumba-lumba panggang merupakan makanan khas musim panas di Boshu (daerah di selatan Chiba) yang disebut 'Tare'," ujar Presiden perburuan Lumba-Lumba di Chiba Shoji Yoshinori.
Sementara itu, sejak 300 tahun yang lalu, para biksu Buddha di Vihara Kogan di pulau Oumi yang termasuk ke dalam daerah administratif Nagato, Prefektur Yamaguchi, menyelenggarakan kegiatan doa bersama bagi lumba-lumba yang mati akibat perburuan. Kegiatan ini dilakukan setahun sekali sejak pulau Oumi menjadi salah satu kawasan perburuan lumba-lumba.
Lumba-lumba yang ditangkap para nelayan ini termasuk lumba-lumba hidung botol dan jenis lumba-lumba pilot yang dilindungi Komisi Internasional Perburuan Lumba-Lumba, namun atas izin dari Gubernur Wakayama, perburuan tetap dilakukan dengan kuota dan waktu yang dibatasi.
Selain Taiji, perburuan lumba-lumba juga terjadi di daerah pantai Wada kota Minamiboso, Prefektur Chiba, bahkan terdapat ungkapan yang menyatakan musim panas merupakan musim memanggang lumba-lumba. Menurut masyarakat setempat, penangkapan lumba-lumba ini telah dimulai sejak jaman Edo.
"Lumba-lumba panggang merupakan makanan khas musim panas di Boshu (daerah di selatan Chiba) yang disebut 'Tare'," ujar Presiden perburuan Lumba-Lumba di Chiba Shoji Yoshinori.
Sementara itu, sejak 300 tahun yang lalu, para biksu Buddha di Vihara Kogan di pulau Oumi yang termasuk ke dalam daerah administratif Nagato, Prefektur Yamaguchi, menyelenggarakan kegiatan doa bersama bagi lumba-lumba yang mati akibat perburuan. Kegiatan ini dilakukan setahun sekali sejak pulau Oumi menjadi salah satu kawasan perburuan lumba-lumba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar